ART Langgar Aturan? Ini Langkah Bijak Menghadapinya
ART Bermasalah – Menggunakan asisten rumah tangga (ART) memang membawa banyak kemudahan dalam kehidupan sehari-hari. Rumah tetap bersih, masakan siap saji, dan waktu kita bisa lebih banyak difokuskan untuk pekerjaan atau keluarga. Namun, di balik manfaat besar tersebut, sering kali muncul berbagai persoalan terutama ketika ART melanggar aturan atau melakukan kesalahan.
Agar hubungan kerja tetap harmonis dan masalah tidak berujung panjang, diperlukan langkah-langkah bijak, profesional, dan manusiawi. Artikel ini membahas secara lengkap bagaimana menghadapi ART yang melanggar aturan tanpa menimbulkan konflik besar, sekaligus menjaga kepercayaan dan keharmonisan dalam rumah tangga.
1. Mulailah dengan Introspeksi Sebagai Majikan
Sebelum menegur atau mengambil keputusan, langkah pertama yang paling penting adalah introspeksi diri. Banyak majikan lupa bahwa hubungan kerja dengan ART tidak selalu seimbang—ada jarak antara posisi pemberi kerja dan pekerja yang sering menimbulkan salah paham.
Tanyakan pada diri sendiri:
- Apakah aturan yang kita buat sudah dijelaskan dengan jelas?
- Apakah kita memberi contoh perilaku yang baik di rumah?
- Apakah komunikasi berjalan dua arah atau hanya satu pihak yang memberi perintah?
Kesalahan kadang bukan sepenuhnya di pihak ART. Misalnya, kita lupa memberi instruksi lengkap, atau terlalu cepat menilai tanpa memahami konteks. Dengan berintrospeksi, kita dapat menghindari sikap otoriter dan lebih mudah mencari solusi bersama.
2. Pahami Latar Belakang dan Perbedaan Budaya
Sebagian besar ART datang dari daerah dengan latar belakang pendidikan dan budaya yang beragam. Mereka membawa nilai, kebiasaan, dan cara berkomunikasi yang mungkin berbeda dari yang biasa kita temui di lingkungan perkotaan.
Perbedaan ini dapat memicu miskomunikasi—bukan karena niat buruk, melainkan karena perbedaan persepsi. Misalnya, nada bicara yang terdengar keras bagi kita, belum tentu bermaksud kasar menurut budaya asalnya.
Oleh karena itu, majikan perlu:
- Mengedepankan empati dan kesabaran dalam berkomunikasi.
- Menjelaskan setiap aturan rumah dengan kalimat sederhana.
- Memberikan contoh langsung daripada hanya memerintah.
Dengan memahami perbedaan tersebut, suasana kerja akan lebih nyaman, dan potensi konflik dapat diminimalisir sejak awal.
3. Tegaskan Tugas, Hak, dan Aturan Rumah Secara Berkala
Komunikasi yang jelas dan berulang sangat penting. Jangan berasumsi bahwa ART langsung mengerti seluruh aturan hanya dari penjelasan pertama.
Buat daftar tertulis mengenai:
- Tugas harian (membersihkan rumah, mencuci, memasak, menjaga anak, dll.)
- Jam kerja dan waktu istirahat
- Aturan penggunaan barang pribadi atau fasilitas rumah
- Konsekuensi bila aturan dilanggar
Selain itu, pastikan transparansi dalam urusan gaji dan bonus. Sampaikan secara terbuka berapa besar upah, kapan dibayarkan, dan kondisi apa yang bisa membuatnya mendapatkan tambahan (misalnya kerja lembur atau tidak mudik di hari besar).
Penjelasan yang konsisten akan menumbuhkan rasa saling percaya dan meminimalkan potensi kesalahpahaman yang sering berujung masalah.
4. Jika Pelanggaran Ringan, Beri Kesempatan Sekali Lagi
Ketika ART melakukan kesalahan, tidak semua harus disikapi dengan hukuman keras. Pelanggaran kecil sebaiknya dihadapi dengan pendekatan manusiawi.
Contoh pelanggaran ringan misalnya:
- Lupa menyapu bagian tertentu
- Lalai mengembalikan uang belanja dalam jumlah kecil
- Datang sedikit terlambat
Dalam kasus seperti ini, langkah bijak adalah memberi teguran lisan dengan nada tenang. Sampaikan bahwa kesalahan tersebut tidak boleh terulang, tapi juga beri kesempatan untuk memperbaiki diri.
Namun, penting untuk memberikan batas yang jelas. Katakan dengan tegas bahwa jika pelanggaran tersebut diulangi, akan ada konsekuensi serius. Pendekatan seperti ini menciptakan keseimbangan antara empati dan disiplin.
5. Bila Terkait Kepercayaan, Tindak Tegas Namun Tetap Adil
Kepercayaan adalah pondasi utama dalam hubungan kerja dengan ART. Jika pelanggaran menyangkut kejujuran atau keamanan rumah, maka tindakan harus lebih tegas.
Contohnya:
- ART mengambil barang tanpa izin
- Memanfaatkan fasilitas rumah secara berlebihan
- Menyebarkan informasi pribadi majikan
Dalam situasi seperti ini, kita dapat:
- Mengonfirmasi fakta dengan bukti yang jelas (rekaman CCTV, saksi, atau pengakuan).
- Mengajak ART berdiskusi empat mata untuk memberikan penjelasan.
- Jika terbukti bersalah, pertimbangkan apakah masih layak diberi kesempatan.
Satu kali kesempatan boleh diberikan, tapi jangan lebih dari itu. Kepercayaan yang sudah rusak sulit dipulihkan, dan mempertahankan ART yang tidak jujur berisiko bagi keamanan keluarga.
6. Jika Menyangkut Keselamatan Anak, Segera Akhiri Hubungan Kerja
Hal yang tidak bisa ditoleransi sama sekali adalah pelanggaran yang berkaitan dengan keselamatan anak. Bila ditemukan bukti bahwa ART berlaku kasar, lalai, atau membahayakan anak dalam bentuk apa pun, keputusan terbaik adalah segera menghentikan hubungan kerja.
Langkah-langkah yang perlu dilakukan:
- Amankan anak terlebih dahulu.
- Kumpulkan bukti (rekaman, saksi, atau pengakuan anak).
- Laporkan ke pihak berwenang bila perlu.
- Jangan beri kesempatan kedua, karena keselamatan anak adalah prioritas utama.
Kesalahan seperti ini bukan sekadar pelanggaran kerja, tapi sudah menyangkut aspek moral dan hukum.
7. Dokumentasikan Semua Aturan dan Kesepakatan
Untuk menghindari kesalahpahaman di masa depan, sebaiknya semua aturan dan kesepakatan dengan ART dibuat secara tertulis. Dokumen sederhana berisi:
- Nama lengkap ART dan majikan
- Deskripsi pekerjaan
- Hak dan kewajiban kedua belah pihak
- Masa kerja dan upah
- Sanksi atau tindakan bila terjadi pelanggaran
Surat perjanjian kerja seperti ini tidak hanya bermanfaat secara administratif, tetapi juga menjadi dasar hukum jika terjadi perselisihan.
8. Selesaikan dengan Empati, Bukan Emosi
Setiap masalah dengan ART harus dihadapi secara profesional dan tenang. Hindari memaki, mengancam, atau mempermalukan di depan orang lain. Sebaliknya, pilih waktu yang tepat untuk berbicara secara pribadi.
Gunakan kalimat yang asertif namun sopan, misalnya:
“Saya menghargai kerja kamu selama ini, tapi ada beberapa hal yang perlu diperbaiki agar kita bisa tetap bekerja sama dengan baik.”
Pendekatan seperti ini tidak hanya menyelesaikan masalah, tetapi juga menjaga martabat kedua belah pihak.
Komunikasi jadi Kunci
Menghadapi ART yang melanggar aturan membutuhkan kebijaksanaan, komunikasi terbuka, dan empati. Tidak semua kesalahan harus berakhir dengan pemecatan; sebagian besar dapat diselesaikan dengan introspeksi, penjelasan ulang, dan kesempatan untuk memperbaiki diri. Namun, bila menyangkut kepercayaan dan keselamatan anak, ketegasan adalah satu-satunya jalan.
Dengan sikap profesional dan hati yang lapang, hubungan kerja antara majikan dan ART bisa menjadi lebih harmonis dan saling menghormati.
Selain langkah diatas Buibu juga dapat mengikutkan ART dirumah pada kelas pelatihan online attitude manner School of ART di kelas tersebut ART akan diajarkan mengenai etika dan tata krama agar lebih sopan dengan majikan. Yuk, pesan kelasnya sekarang juga