Boleh atau Tidak? Ini Pro dan Kontra Memberi ART Waktu Tidur Siang

Waktu tidur siang untuk Asisten Rumah Tangga (ART) sering menjadi perbincangan hangat di antara para majikan. Ada yang menganggapnya sebagai hak istirahat yang wajar, namun tak sedikit pula yang merasa hal tersebut bisa mengganggu ritme kerja di rumah. Dengan tugas yang padat sejak pagi, istirahat sejenak memang bisa membantu ART mengembalikan energi. Namun, jika tidak diatur dengan tepat, tidur siang justru bisa menimbulkan kesalahpahaman dan konflik antara ART dan majikan.
Lantas, bagaimana sebenarnya posisi tidur siang dalam dunia kerja ART? Wajibkah diberikan, atau justru sebaiknya dihindari?
Pro: Tidur Siang Bisa Menjaga Energi dan Mood ART Sepanjang Hari
Pekerjaan ART yang dimulai sejak pagi, seperti memasak, membersihkan rumah, hingga menjaga anak, tentu menguras fisik. Memberi waktu tidur siang sekitar 30–45 menit dapat membantu mereka menjaga stamina dan suasana hati agar tetap stabil hingga malam hari. Studi kesehatan juga mendukung bahwa tidur siang singkat bisa meningkatkan konsentrasi dan produktivitas kerja.
Namun manfaat ini akan optimal jika waktu tidur siang jelas dan disepakati sejak awal. Artinya, majikan sebaiknya menetapkan jam istirahat yang tidak mengganggu ritme rumah tangga, misalnya setelah pekerjaan utama pagi selesai dan sebelum anak-anak pulang sekolah. Dengan begitu, tidur siang tidak menjadi alasan menunda tugas berikutnya.
Kontra: Tidur Siang Bisa Mengganggu Alur Kerja dan Tanggung Jawab
Masalah utama yang sering muncul adalah ketika ART tidur siang di waktu yang tidak tepat—misalnya saat anak masih aktif, tamu datang, atau pekerjaan belum selesai. Hal ini bisa menimbulkan persepsi negatif dari majikan, seperti ART dianggap “malas” atau tidak profesional. Apalagi jika tidur siang dilakukan diam-diam tanpa izin atau terlalu lama.
Selain itu, tidak semua rumah memiliki sistem kerja terjadwal. Di keluarga kecil tanpa pembantu lain, ART kadang harus multitasking sepanjang hari. Dalam situasi ini, waktu tidur siang bisa jadi kurang relevan. Solusinya? Bangun sistem kerja harian yang realistis dan fleksibel, lalu evaluasi ulang kebutuhan tidur siang berdasarkan beban kerja aktual, bukan asumsi.
Tips Menentukan Aturan Tidur Siang yang Adil dan Terukur
Jika Anda memutuskan memberi waktu tidur siang, pastikan aturan ini tertulis jelas sejak awal kerja. Tetapkan jam dan durasi—misalnya pukul 13.00–13.45. Tambahkan kondisi: boleh tidur siang jika semua tugas pagi sudah selesai dan anak tidak sedang butuh pengawasan intensif.
Bisa juga diterapkan sistem “istirahat fleksibel”. Di mana ART boleh istirahat sebentar saat pekerjaan tidak padat, tapi tanpa harus tidur sepenuhnya. Gunakan pendekatan komunikasi dua arah: tanyakan langsung pada ART, “Kalau kamu dapat istirahat siang singkat, kerjanya jadi lebih fokus nggak?” Cara ini membantu membangun kepercayaan dan pengertian dua arah.
Solusi Jika Tidur Siang Menjadi Sumber Konflik di Rumah
Jika tidur siang ART mulai menimbulkan konflik—misalnya ART tertidur saat masih banyak pekerjaan atau anak tidak terurus—majikan bisa mengevaluasi ulang sistem kerja. Sering kali masalahnya bukan pada “tidur siang”-nya, tapi pada kurangnya komunikasi, ekspektasi yang tidak realistis, atau aturan yang tidak dijelaskan dengan baik sejak awal.
Sebagai majikan, penting untuk bertindak adil tapi juga tegas. Jika ART diberi waktu istirahat, pastikan mereka juga tahu tanggung jawab yang harus dipenuhi. Sebaliknya, jika tidak memungkinkan tidur siang, berikan jeda istirahat ringan yang manusiawi seperti duduk sejenak setelah pekerjaan pagi atau minum teh sebelum lanjut sore hari. Harmoni di rumah bisa terbangun dari keseimbangan hak dan tugas.
Kalau Anda kira-kira tim Pro atau tim Kontra untuk memberikan waktu tidur siang kepada ART? Temukan tips seputar ART lainnya dengan follow Cicana di Instagram @cicana.co !
Recent Comments