Susah Dapat ART di Jabodetabek? Ini Penyebab yang Jarang Dibahas

Susah Dapat ART di Jabodetabek? Ini Penyebab yang Jarang Dibahas

art di jabodetabek

ART di Jabodetabek kini semakin sulit ditemukan, bahkan bagi keluarga yang menawarkan gaji tinggi sekalipun. Banyak yang mengira penyebabnya karena permintaan tinggi dan tenaga kerja terbatas. Padahal, faktanya jauh lebih kompleks.

Masalah susah dapat ART bukan sekadar soal “stok” atau biaya. Ada faktor sosial, perilaku, dan perubahan generasi yang membuat proses mencari ART di wilayah perkotaan seperti Jakarta, Bogor, Depok, Tangerang, dan Bekasi jadi tantangan tersendiri. Yuk, bahas penyebab yang jarang disadari — tapi justru paling menentukan kenapa ART sulit didapat dan sering tak bertahan lama.

Generasi Baru ART Tak Lagi Ingin “Diam dan Patuh”

Banyak ART masa kini sudah tidak lagi seperti generasi sebelumnya yang menerima perintah tanpa banyak bicara. Mereka lebih sadar diri, tahu hak-haknya, dan aktif memilih lingkungan kerja yang nyaman secara psikologis.

Mereka tidak hanya ingin rumah majikan yang besar dan rapi, tapi juga suasana kerja yang manusiawi dan tidak menekan. Banyak ART menolak pekerjaan bukan karena gajinya kecil, tapi karena rumah terasa “terlalu tegang” — tidak ada ruang bercanda, semua serba cepat dan kaku.

Persepsi Majikan Masih Banyak yang Salah Kaprah

Banyak keluarga di Jabodetabek masih memperlakukan ART seperti “ekstensi tangan”, bukan bagian dari sistem kerja rumah tangga. Mereka tidak diberikan ruang komunikasi, tidak pernah dibimbing dengan sabar, tapi dituntut langsung bisa.

Padahal, hubungan kerja domestik yang sehat dimulai dari kesetaraan sikap — bukan berarti sama posisi, tapi sama dalam penghargaan. Cobalah perlakukan hari pertama ART seperti onboarding karyawan baru di kantor — kenalkan ruang kerja, ritme harian, bahkan “budaya” keluarga. Kesederhanaan ini sering membuat mereka betah sejak awal.

Ekspektasi “Langsung Bisa” yang Terlalu Tinggi

Masalah lain yang jarang dibahas: banyak majikan berharap ART langsung tahu segalanya — dari cara mencuci baju hingga selera bersih keluarga. Padahal setiap rumah punya standar yang berbeda.

Sementara ART juga butuh waktu untuk memahami ritme kerja baru. Ketika ekspektasi terlalu tinggi, stres muncul di kedua pihak. Terapkan masa adaptasi 2–7 hari tanpa tekanan. Fokus pada pembiasaan, bukan penilaian. Kadang kesabaran seminggu di awal bisa menghemat bulan-bulan stres ke depan.

Sistem Rekrutmen Masih Konvensional

Masih banyak keluarga mencari ART lewat jalur lama — dari rekomendasi tetangga, grup WhatsApp, atau yayasan kecil tanpa sistem verifikasi jelas. Ini rawan salah pilih, bahkan bisa berujung pada masalah hukum.

Di era digital, solusi cerdas sudah tersedia. Platform seperti Cicana menghadirkan sistem verifikasi pekerja, kontrak transparan, serta masa adaptasi dan garansi kerja agar proses rekrutmen lebih aman dan cepat.

Gunakan data dan profil digital pekerja untuk menilai bukan hanya pengalaman, tapi juga karakter — misalnya kebiasaan kerja, gaya komunikasi, hingga testimoni dari pengguna sebelumnya.

Kesimpulan: Kadang Bukan ART-nya yang Susah, Tapi Sistemnya

Fakta bahwa banyak keluarga susah dapat ART di Jabodetabek bukan berarti tenaga kerja makin sedikit. Kadang sistem dan ekspektasi kita yang belum menyesuaikan zaman.

Dengan cara pandang baru — lebih terbuka, manusiawi, dan berbasis data — hubungan kerja domestik bisa lebih stabil dan saling menguntungkan.

✨ Untuk menemukan ART yang sesuai kebutuhan dengan sistem legal, aman, dan terverifikasi, kunjungi www.cicana.co atau hubungi langsung Customer Service kami sekarang!