Ketika Gelar Tak Lagi Jadi Jaminan: Cerita Viral Lulusan S1 yang Memilih Jadi ART

Gelar – Di tengah anggapan bahwa pendidikan tinggi adalah jalan menuju masa depan cerah, muncul kisah nyata yang justru mengajak kita berpikir ulang: seorang lulusan S1 yang memilih menjadi Asisten Rumah Tangga (ART) karena gaji guru honorer yang tidak mencukupi.
Kisah ini sempat viral di media sosial dan menyentuh banyak hati. Bukan hanya karena keputusannya yang dianggap “tidak biasa”, tapi juga karena keberaniannya memilih hidup yang lebih realistis daripada sekadar mempertahankan status.
Gaji Guru Honorer Tak Sebanding dengan Tanggung Jawab
Perempuan ini menceritakan bahwa sebelumnya ia bekerja sebagai guru honorer dengan gaji sekitar Rp1,5 juta per bulan. Meski ia mencintai dunia pendidikan, gaji tersebut tidak cukup untuk memenuhi kebutuhan hidupnya sehari-hari.
Alih-alih bertahan dalam kondisi tersebut, ia justru mengambil langkah yang cukup berani: menerima tawaran kerja sebagai ART. Kini, sebagai ART, ia justru bisa mendapatkan gaji Rp3,8 juta bersih. Ia juga mendapat fasilitas tempat tinggal, makan, sabun, dan kebutuhan dasar lainnya. Bahkan, ia kadang diajak jalan-jalan bersama keluarga majikannya.
Antara Ideal dan Realita: Apa yang Bisa Kita Pelajari
Kisah ini mengundang banyak respons di media sosial. Sebagian besar netizen justru mengapresiasi keputusan tersebut dan menganggapnya sebagai bentuk keberanian serta kejujuran dalam menghadapi hidup.
Berikut beberapa hal yang bisa kita refleksikan bersama:
1. Pekerjaan Layak Tidak Harus Bergengsi
Gelar akademis tidak selalu sejalan dengan kondisi ekonomi. Banyak orang memilih pekerjaan yang dianggap “lebih rendah” demi kebutuhan hidup yang lebih layak dan itu wajar.
2. Guru Honorer Butuh Perhatian Lebih
Kasus ini membuka lagi luka lama: guru honorer sering kali bekerja dengan dedikasi tinggi tapi menerima kompensasi yang minim. Layakkah mereka terus diminta “mengabdi”, tanpa adanya peningkatan kesejahteraan?
3. Hubungan Majikan dan ART Bisa Sama-sama Menguntungkan
Kisah ini juga menunjukkan bahwa jika majikan memperlakukan ART dengan baik memberikan gaji layak, tempat tinggal yang aman, serta suasana kerja yang manusiawi maka hubungan kerja bisa jadi harmonis dan saling menghormati.
Jadi, Salahkah Ia Memilih Jadi ART?
Tidak sama sekali. Justru kisah ini membuktikan bahwa menjadi ART bukanlah pilihan terakhir, melainkan bisa menjadi pilihan sadar untuk hidup lebih baik.
Dalam kondisi ekonomi yang makin menantang, keputusan untuk bekerja secara jujur dan mendapatkan kompensasi yang layak adalah bentuk keberanian tersendiri. Ia bukan sedang menurunkan derajat, melainkan sedang memperjuangkan kehidupan yang lebih stabil.
Cerita ini mengingatkan kita bahwa tidak ada pekerjaan yang rendah jika dijalani dengan niat dan tanggung jawab.
Di Cicana, kami percaya bahwa setiap profesi termasuk asisten rumah tangga punya peran besar dalam membangun keseharian yang sehat, aman, dan harmonis di rumah.
Yuk, kita mulai biasakan untuk saling menghargai. Karena pada akhirnya, yang penting bukan di mana kamu bekerja, tapi bagaimana kamu bekerja